La Nina


La Nina
Tidak selamanya Badai itu menghancurkan,
Terpaku dengan pendapat seseorang tentang Badai, kau harus belajar membuka kedua matamu. Badai, sebuah peringatan dari Alam bahwa mereka telah tersakiti oleh manusia. Tanpa adanya Badai, manusia tidak akan pernah sadar bahwa kehidupan memiliki banyak arti untuk saling mengerti. Semua tersapu bersih, terganti oleh kehidupan yang baru. hidup itu banyak misteri yang terkadang manusia tidak mampu memecahkannya. Coba kau pikir betapa hebatnya Tuhan untuk menciptakan semua ini. Bencana… Tak ada yang bisa mengalahkannya, jangankan mengalahkan, mencegahnya saja tidak bisa. Karna semua itu datang dengan mendadak seperti balon yang kau jaga dengan baik namun pecah dengan sendirinya tanpa kau tau sebabnya dan waktunya.

La Nina, gadis ceria yang tak pernah bisa di tebak.  Baginya hidup itu simple, kau tinggal menorehkan sedikit garis tawa lalu kau akan menemukan kebahagiaan di sekitar mu tanpa harus menorehkan garis kesedihan pada teman mu. Karna untuk apa berbagi kesedihan selama kebahagiaan masih ada? Memang terkadang tak jarang ia harus menerpa badai kelam, sendiri. Baginya badai itu cobaan, dan cobaan itu pembelajaran. Dalam hidup kau tak selamanya menemukan sinar mentari. Kau harus siap untuk bertemu tornado yang mungkin tak bertepi.
Sempat ku berpikir bahwa hidup itu rumit, kadang aku menyerah, putus asa, dan tak tau harus bagaimana. Baginku orang-orang sama saja, tak ada yang bisa di sisi-sisinya untuk menemani, berbagi, dan mengisi. Apapun yang ia miliki akan pergi. Ia tau bahwa tak ada yang abadi, semua yang datang pasti akan pergi. Terlalu banyak tragedy yang membawa ku pada ke-Realistis-san hidup. Mulai dari perahabatan yang kandas karna sebuah titik kesalah pahaman, bahkan ketidak sejalannya pemikiran dalam keluarga.
Namun, dengan semua itu kehadiran La Nina membuatku tetap kuat. Bagiku ia sama seperti arti namanya yang berarti “Gadis kecil dalam Badai”. Hidup itu butuh proses, terkadang apa yang kita dapatkan malah membuat kita bingung untuk berbuat apa. Ketika kau berusaha menjadi yang nomer 1 dan terwujud, lalu apa lagi yang kau inginkan? Ia membenci hal yang mononton sama seperti ku. Ia selalu ingin mencoba suatu hal yang baru namun sayang, peraturan yang membatasi impiannya.
Berpaling dari hal itu, La Nina selalu percaya bahwa Tuhan selalu mengganti apapun yang telah hilang di kehidupan kita dengan sesuatu yang baru. Mudah, kau hanya belajar mencari dengan pasti dan  kau akan menemukan suatu hal yang nantinya tak kau percaya bahwa kau beruntung telah digantikan. Karna tidak selamanya jalan cerita itu harus satu jalan.
La Nina selalu menemukan teman-teman terbaik. Baginya persahabatan itu hanyalah ilusi, orang-orang hanya belajr untuk mempertahankan dengan segala cara agar dianggap bahwa mereka ‘sahabat’ tapi baginya di kehidupan tidak ada yang abadi, jika dia harus kehilangan satu teman tanpa hal yang ia tidak tau awal mulanya, ia akan belajar untuk melalulinya. Baginya teman sejatinya hanyalah benda-benda mati yang selalu menanggapi curhatan hatinya, yang selalu mengerti kenginan hatinya. Bukan egois atau apa, La Nina selalu berbicara padaku “Tidak ada yang hidup tanpa ada yang mati. Aku sangat beruntung karna memiliki teman-teman yang baik dan perhatian.” Sahutnya. Aku melihat binar-binar ketulusan di matanya. Aku tersentuh, aku memeluknya dan berkata padanya “La, apapun yang seseorang lakukan tidak pernah salah, karna semua tindakan selalu ada alasan. Jika kamu merasa bahwa tindakanmu baik, lakukanlah.”
Dalam hidup kita terkadang egois, kita mementingkan diri sendiri tanpa menjaga perasaan seseorang. Namun baginya, itu wajar. Karna ada waktunya dimana kita harus belajar memikirkan diri sendiri. Tapi aku tidak sependapat dengannya. Bagiku jika seluruh manusia “egois” kapan terciptanya sebuah “kedamaian”?
La Nina berkata  “Hidup seseorang itu bukan Nintendo yang bisa kita mainkan, yang harus dirasakan oleh orang tersebut begitu-begitu saja. Kau harus belajar menghargai meskipun kau tidak pernah dihargai,el.”

La Nina tidak pernah dianggap. Dia hidup dalam sepi dan mungkin akan selamanya seperti ini. Nina menganggap dirinya hanya ilusi, ilusi yang selalu hadir di waktu tertentu dan hilang kapan pun ia inginkan. Baginya berlama-lama dalam lingkaran kehidupan yang sama hanyalah menjadi beban yang di torehkan pada orang lain. Oiya, ada satu hal yang paling di acuhkan La Nina itu adalah “Cinta”. Kau tau mengapa? Karna baginya “Cinta” itu hanya menorehkan sebuah kenangan pahit dalam hidupnya, aku selalu mencoba membuka jalan pikirannya.. “La apa yang salah dengan Cinta? Tanpa Cinta, kita tidak akan hidup di lingkup kedamaian.” Dengan acuh ia menjawab “Aku tau dan aku tak perduli dengan itu aku hanya ingin bahagia tanpa harus terikat oleh suatu hubungan.”
Yaaa Nina terlalu sakit hati dengan “sebuah hubungan” baginya keterikatan perasaan diantara dua manusia hanyalah beban yang tak harus di tuliskan dalam lembar cerita hidupnya. Ia merasa bahwa kebahagiaan itu bisa didapatkan tanpa sebuah hunbungan bahkan dengan setitik buih pun kau pasti bisa bahagia,katanya. Aku selalu menyaring pendapat-pendapatnya, karna bagiku La Nina sangatlah mengerti jalan pikir ku.

Aku selalu berbincang padanya membicarakan apa saja yang terlintas di jalan pikiran kami. Mulai dari makna sebuah titik, maupun buah. La Nina menyukai semua buah yang ada di dunia ini baginya setiap buah memiliki arti untuk hidup bahkan setitik atom pun juga memiliki tujuan mengapa atom diciptakan. La Nina sangat menykai buah Strawberry, baginya buah itu sangat indah.
                “Kau tau, strawberry adalah buah yang terkadang munafik. Munafik tentang perasaan. Di luar buah ini terlihat ceria, segar, bahkan menarik, namun ketika kita menggigitnya ada sensasi lain di asumsi kita. Ternyata buah ini memiliki dua sisi yang berbeda dan sangat menakjubkan untuk di tebak.”bisiknya dengan lembut. Aku hanya tersenyum dan merapikan rambutnya yang terurai dan disanjung angin. Aku sependapat dengannya.
                “La, jika disuruh memilih kau ingin menjadi angin tau matahari?” tanyaku
Diam sejenak. Nina hanya termenung menatap langit senja yang semburat jingga. Perlahan ia menyandarkan kepalanya di bahuku dan menjawab…
                “Aku memilih angin. Karna memang aku hanya angin yang sementara di kehidupanmu, El.”
Aku melirik dan tersipu. Seketika jantungku terasa menyusut. Andai kau tau apa yang kurasakan, La batinku. Belum sempat aku berbicara, La Nina menegaskan kembali pernyataannya..
                “El, jika kau hanya milihat semua unsure kehidupan di satu sisi kau tidak akan pernah mendapatkan arti kehidupan yang sebenarnya. Jika aku hanya sebuah angin, kenapa kau harus sedih?” Tanya La Nina padaaku, sontak aku terkejut. Memang selama aku bersamanya seolah ia memiliki “Mind Reader” ia selalu tau apa yang di pikirkan oleh ku dan semua orang yang berada di sekitarnya. Namun, untuk hal ini aku hanya terbeku dalam diam jantung ku terasa kaku dan lidah ku kelu. Aku tak berani mengatakan yang sesungguhnya pada La Nina, aku hanya takut kehilangannya karna sebuah kejujuran yang mungkin tak diinginkannya. Perlahan aku mulai bisa menetralkan perasaan ketika ia terbangun dan berdiri di hadapanku dan aku hanya mampu berkata “La, aku ingin kau menjadi mentari.”

***
                Bianglala kali ini terasa sangat singkat, tak terasa sudah 2 putaran yang kami lewatkan. Memandangi indahnya Pantai Jakarta, menghitung jumlah kereta gantung, ditemani oleh sejuknya angin laut dan melukis senyuman La Nina. Tidak terasa wahana-wahana lain sudah kami lewati bersama. Tujuan terakhir ya hanya bianglala ini. Terlalu banyak kenangan yang ku temui di sini.
                “La, terimakasih untuk hari ini. Terimakasih untuk kebahagiaan luar biasa di tahun ini. Kuharap di tahun berikutnya kita kembali kesini.” Ujarku sambil mengelus helai rambutnya.
Hanya senyum yang ia rekatkan seolah senyum itu menjawab pernyataan ku. Senyum ini… Senyum yang selalu kurindukan.
***
                Malam ini aku dan La Nina memandangi pentas langit di atap rumah. Kami melihat banyak kembang api berkobar, seolah kembang api itu menemani para bintang dan memberikan efek luar biasa pada langit. Aku memperhatikan La Nina yang tersenyum senang melihat langit. aku sangat senang melihat tingkahnya, melihat tatapannya, dan semburat senyum di wajahnya. Senyumannya sangat menenangkan hati ku. La kuharap akan selamanya senyummu menghiasi hariku, akan selamanya kau ada di sisiku, akan selamanya kau menemaniku sampai di ujung waktu batinku.

Dengan  La Nina aku bisa membuka jalan pikirku, bersama la Nina aku merasa bahwa aku benar-benar hidup. Kau tau hal yang paling aku takutkan adalah kehilangannya karna aku telah banyak kehilangan orang-orang yang ku cintai dengan mudahnya mereka pergi tanpa disadari bahwa mereka lah yang menggoreskan luka pada ku. Terkadang aku benci dengan Cinta, karnanya aku selalu tersakiti. Tapi aku berpikir bahwa tak ada yang disalahkan dalam cinta. Hanya segelintir orang yang membuat arti Cinta di torehkan kekejaman. “La, apakah kau akan selalu ada disampingku? Menemani kala sedihku, berbagi kebahagiaan padamu, mengisi kekurangan dalam diriku?” Kalimat itu yang selalu ku tanyakan padanya. Aku hanya tak ingin kehilangannya, bagiku Nina adalah guru terbaik dalam kehidupan ku. Karnanya lah aku berpikir bahwa kebahagiaan itu harus dicari tanpa sebuah keterikatan. La Nina tidak pernah menuntut apapun dariku. Dia hanya meminta..
“Jika aku harus pergi, kau harus belajar hidup sendiri dan membuka kedua matamu untuk menatap masa depan,el.” 
La, bagiku kau  mentari di hidupku. Aku yakin pasti orang-orang akan iri padaku ketika mereka tau bahwa aku memilikimu. Kau adalah teman terbaikku..
“El, ada kalanya mentari terus bersinar. Adaa kalanya mentari harus bersembunyi. Tapi aku bukanlah sang mentari yang sesungguhnya. Aku hanya angin yang nantinya akan pergi meninggalkan mu. Kau harus percaya bahwa kau, tak akan pernah bisa di kalahkan oleh badai.” Lirihnya.
Aku terdiam. Aku meneteskan secercah air mata. Aku terpaku dalam sepi. Aku harus belajar untuk mencerna kata-kata yang ia ucapkan. Keronkonganku sangat kering untuk mebalas kata-katanya. Aku sangat takut.. La. Masalah-masalah yang hinggap padaku, selalu terselesaikan dengan baik karna  La Nina. Dia, gadis ceria yang menorehkan jutaan tawa. La Nina tidak pernah sekalipun mengeluh padaku malah aku berpikir bahwa hidupnya sangat bahagia. Namun, di balik senyum kuat yang ia berikan kini terkuak sebuah cerita yang menyedihkan.La Nina berusaha tegar menghadapi cobaan, La Nina selau tertawa dalam penderitaan, La Nina selalu bahagian di tiap cobaan. La Nina, gadis tegar yang tak pernah lepas dari sebuah senyum ceria yang ia tebarkan dalam hidupnya. Tak ada yang tau kapan ia menangis, malah orang-orang yang pernah melihatnya menangis hanya terharu dan takjub karna garis kesedihan menghilang langsung di wajahnya seperti tersapu oleh angin yang mengelilinginya.
“El, jika kau tak bisa menahan kesedihanmu, luapkanlah air mata mu di sisiku. Seperti ku yang dalam diam telah mengeluarkan ribuan tetesan airmata yang tak bisa ku tahan terus-menerus. Kadang kita harus munafik dalam perasaan, bagiku aku terlihat bodoh ketika aku harus menangis di depan banyak orang. Karna semua itu percuma, tidak ada satupun orang di sekelilingmu yang paham alasanmu.”
“La, kau telah mengajarkan ku arti kehidupan. Artii sebuah perasaan dan arti sebuah kebahagiaan.”jawabku sambil memeluknya, sangat erat karna aku tak mau kehilangannya.

***
Waktu terus berputar, semua yang kupertanyakan sudah terjawab. Belajar untuk menghadapi rongrongan badai dalam sepi. La Nina telah mengajarkan banyak hal padaku. Dalam hidupku, hanya ia dan ialah yang bisa menembus langit impianku. Berkat ketulusan hatinya kini aku menjadi pribadi yang kuat, tegar, dan percaya pada Tuhan bahwa hidup itu Anugerah yang di berikan-Nya. La, aku sangat beruntung telah mengenalmu. Menghabiskan waktu bersamamu meski kau dulu yang pergi.

 La Nina telah pergi. La Nina telah mati karna dia hanya sebuah ilusi yang ku bekukan dalam diri.

Untuk Mu, El..

Belajarlah dari titik awal kehidupan,
Dengan itu kau akan tau arti hidup.
Berjuanglah dari bawah jurang,
Karna dengan begitu kau akan menghargai sebuah proses.

El, belajarlah menghargai,
Meskipun tak ada seorang pun yang menghargaimu.
Berpikirlah sebelum kau terjatuh,
Karna kau bisa mengukur kedalaman lubang kelam itu.
Belajarlah berdiri sendiri,
Meskipun banyak orang yang mencoba menjatuhkan mu.
Dengan itu kau akan tau bahwa kau adalah pribadi yang kuat,
Nino..

 “Nina, meski kau selalu mengganggap bahwa kau hanya sebuah ilusi.. Tapi aku mengganggap kau adalah bintang yang selalu menyinari galaksi kehidupanku. Terima kasih atas seluruh waktu yang kau tuangkan pada ku. Aku telah merelakanmu tapi bukan berarti posisimu tergantikan di hatiku. Kau tetap bintang besar yang selalu dan selamanya menyinari ku. Tanpa mu aku bukanlah aku yang sekarang. Terima kasih La. Aku mencintai mu.”

что вы будете делать, если я говорю, что я ненавижу тебя, но я тебя люблю в молчите?

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dengan Apa "?"

In Memoriam

2024