Mungkin


Mungkin.



Jika memang itu adalah sebuah keharusan, aku harus belajar untuk menterbiasakan. Jika memang itu yang Tuhan tentukan, aku harus belajar untuk tidak percaya pada cinta. Dan jika itu lah jawaban, kali lain aku tidak akan mau membuat pertanyan.

Semua yang datang pasti untuk pergi, tapi tidak semua yang pergi itu diambil. Namun, mengapa hanya di kehidupanku semua itu diambil? Seakan tidak tersisa, sisa pun hanya kenangan. Dan itu hanya aku saja yang mengingat. Entah lain dia.

Aku semakin belajar untuk tidak percaya. Aku semakin ingin menterbiasakan bahwa peduli itu tidak perlu. Dan aku juga semakin merasa bahwa seharusnya aku tidak boleh memiliki perasaan, terlebih menaruh hati.

Semua beralasan darinya. Menterbiasakan sesuatu yang seharusnya tidak pantas untuk di acuhkan.
Beberapa beralasan dariku. Yang seharusnya emosi ini tidak terlalu sering ku luapkan, malah semakin membuat ku tidak terkontrol.

Hingga pada akhirnya aku sudah mengerti bahwa, rasa kecewa itu lebih besar pedomannya ketimbang rasa sayang ku yang dulu.

Ingatkah disaat kita bertemu, secara tidak sengaja. Menaruh simpati dalam diam karena gengsi lah yang banyak terluapkan?
Ingatkah disaat kau harus memilih? Dan ternyata kau pergi meninggalkan ku disaat itu.
Ingatkah ketika perlahan aku mulai bisa melupakan mu dengan kesibukkan ku di bulan lalu.
Dan ingatkah disaat kau kembali sadar bahwa hanya aku yang selalu berada dibelakang mu sekalipun kau dengannya?

Kini, hanya kekecewaan yang tersisa. Tidak ada kenangan manis yang tertinggal. Melihat semua rasa sakit dan beberapa kesalahan yang kau limpahkan? Aku tidak pernah bermaksud untuk ‘menyalahkan” mu, aku, aku hanya ingin semua impian ku yang dulu bisa terwujud tanpa rasa sakit, tanpa rasa benci sepertii saat ini.
Aku hanya ingin belajar untuk melupakan rasa sakit masa lalu ku, aku ingin belajar untuk bisa mempertahankan tanpa ada kecacatan kalimat yang terus keluar dari mulutmu dan aku ingin bisa yakin bahwa kau yang terbaik untukku, tapi hanya segini perjuangan mu? Hanya segitu yang bisa kau berikan kepadaku dengan tebusan aku harus mempercayain dan yakin padamu?

Masa putih abu-abu ku, tinggal hitungan jari. Banyak sekali rasa dalam waktu ini. Dan berarti kita akan segera pergi, menanti masa depan pribadi. Aku berterimakasih atas semua kebaikan yang telah kau berikan sekalipun kau berkata ikhlas tapi aku merasa memiliki banyak hutang padamu, untuk sekarang aku hanya bisa berdoa “semoga Tuhan selalu mengiringi mu” dan selebihnya aku berusaha untuk bisa mengganti semuanya. Entah dengan cara apa. Terimakasih ada kesediaan mu menampung emosi ku, amarah, lelah, sakit dan semua tawa canda duka ku. terima kasih telah menemani ku menikmati sensasi puncak tingginya Cikuray. Terimakasih juga telah membawa ku pada kesadaran bahwa aku harus terus memilih, hanya satu. At least I just want u to know that…

I will always miss u, tapi aku tidak mau menjadi wanita bodoh yang termakan oleh rasa cinta, saja. Aku bukan penunggu yang hebat sekalipun aku masih memperhatikanmu. Terlebih ketika kau sudah mnegecewakan perasaan yakin yang bertahun-tahun aku bangun untuk bisa bahagia sedikit dengan mu. Mungkin aku harus pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dengan Apa "?"

In Memoriam

2024